Ngomong-ngomong masalah kisah atau cerita tentang ibu tercinta, aku teringat dengan suatu peristiwa dimana pada waktu itu aku duduk di bangku sekolah dasar kelas 6 SD. Waktu itu menjelang Ujuan Nasional (Ujian yang sangat menegangkan bagiku). Pada waktu itu tepatnya hari jum’at (lupa tanggalnya hehe...), hari itu bertepatan 3 Hari sebelum ujian Nasional, Sekolah mengadakan istighosah bersama beserta wali murid, waktu itu ibuku yang datang ke sekolah untuk ikut istighosah. Kami semua berdo’a untuk kelulusan dan kesuksesan kami (hmm, jadi terharu). Setelah istighosah aku pulang ke rumah bersama ibuku, kita jalan kaki bersama (jarak dari sekolah ke rumah tidak begitu jauh). Setelah sampai di rumah, Ibuku membukakan pintu untuk kami, karena aku merasa gerah, kulepas bajuku (kacing yang lepas, kuganti dengan jarum pentul). Setelah itu secara reflek kugigit jarum pentul itu (kebiasaan siChhh....) dan saat itu pula ibuku mengajakku berbicara dan akhirnya aku tidak sengaja menelan jarum itu (hah...ya Allah jarum pentul itu kutelan....sakit, bingung,takut, tidak karuan rasanya,...). Aku langsung memberi tahu ibuku, dan ibuku langsung bingung dan panik setelah tahu aku menelan jarum itu. Aku gak tahu harus gimana, mau kukeluarin dari mulut gak bisa, aku cuma bisa menangis dan memeluk ibuku erat-erat (hmmm...aku takut bangeet waktu itu...). Aku makan makanan yang ada di rumah waktu itu sebanyak-banyaknya (berharap jarum itu bisa langsung ketelan dan melewati perut ku..). Sambil menangis aku makan nasi, dll.
Setelah itu, aku
di jemput teman-teman, karena mau membeli kado untuk guru kami (karena keesokan
harinya adalah hari ulang tahun guru kami), teman-temanku belum tahu tentang
musibah yang menimpaku tadi. Sepulang dari membeli kado, ternyata aku sudah di
tunggu oleh keluargaku karena ibu cerita tentang kejadian yang menimpa tadi,
mereka semua panik dan khawatir dengan keadaanku, terutama ibu, beliau sangat
sedih. (aku tidak tega melihatnya, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, hanya
rasa takut yang melanda kuwaktu itu). Aku hanya bisa meyakinkan mereka kalau aku
baik-baik saja meskipun tenggorokan sakit rasanya. Keesokan harinya aku tetap
sekolah seperti biasa, seakan-akan tidak ada apa-apa. Akuberusaha melupakan
kejadian kemarin, hari ini adalah hari ulang tahun guru kami, kami sepakat
untuk merayakannya di kelas, acara kami sukses (seneng bangetzz rasanya...)
Setelah pulang sekolah aku melihat kekhawatiran kembali ada pada raut wajah ibuku,
beliau sangat mencemaskan keadaanku. Beliau menangis ketika melihatku merintih
kesakitan. Aku sangat terharu dengan kasih sayang beliau, beliau sangat sabar
dalam merawatku (terima kasih ibu). Secara tidak sengaja AKU mendengar beliau
berdo’a setelah selesai sholat, ”Duh Gusti.....Panjenengan paringi waras
yugo kulo Gusti....” (dalam bahasa Jawa) sampai-sampai beliau menangis.
Keesokan harinya, aku di ajak ke tempat praktek seorang dokter spesialis THT (Telinga,
Hidung, Tenggorokan), eh...ternyata dokternya tidak ada. Padahal keesokan
harinya adalah hari pertama aku Ujian Nasional.
Akhirnya
terpaksa aku tidak mengikuti UN hari pertama, karena kuharus ke rumah sakit
sampai-sampai aku di jemput oleh guruku untuk ikut UN (dikira aku gak ikut UN, kenapa
kok tidak datang-datang juga ke sekolah?) Aku berpamitan pada guru-guruku di SD
(sampai-sampai kumenangis karenan terharu...). Sesampainya di rumah sakit, aku langsung
ke UGD bersama kakak dan ibu. Ibuku menunggu di ruang tunggu dengan menangis
karena cemas dengan keadaanku (Aku sendiri gak tega banget melihat beliau). hmmm......setelah
itu AKU di rongsen(yang kayak foto itu lho..) Hasil rongsengan menunjukkan
tenggorokan AKU, di situ ada seperti 1 titik putih di tenggorokan AKU,
Dokternya bilang kemungkinan titik itu adalah ujung dari jarum tersebut,ibu AKU
makin cemas dan sedih melihat hasil rongsengan itu.
Aku semakin sedih dan takut mekihat hasil pemeriksaan
tersebut, kutakut kalau harus operasi sementara biaya untuk itu semua tentu
saja tidak murah (padahal kakakku yang besar mau menikah, kakakku yang satunya
lagi mau ngelanjutin ke SLTA, dan aku sendiri juga mau ngelanjutin ke SMP). Begitu
banyak sudah biaya orang tuaku, aku hanya bisa berdo’a, “semoga ada mukjizat mu
ya Allah”. Sampai akhirnya setelah beberapa hari minum obat resep dari rumah sakit
kemarin berangsur-angsur rasa sakit di tenggorokanku itu hilang. Semua keluargaku
gembira mendengar berita ini. Terima kasih yaa....Allah... Terima kasih Ibu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar