Senin, 21 Mei 2012

PERINGATAN SEMU HARKITNAS SELAMA 104 TAHUN




Uni Soviet, dulu sebelum hancur berkeping-keping, telah menjadi negara adidaya. Dia bangkit selama kurun waktu puluhan tahun dengan mengemban ideologi Sosialis-Komunis (representasi kaum tak ber-Tuhan sama sekali). Dia menjajah negara-negara kecil di dunia ini dengan penjajahan yang tak beradab. Lantas Amerika Serikat berhasil mengalahkannya. Amerika, sekarang, menjadi negara adidaya pula. Tak lupa pula, dia pun menjajah negara-negara kecil dengan tak kalah biadabnya. Dia bangkit selama puluhan tahun pula dengan mengemban ideologi Kapitalis-Liberalis (representasi kaum ber-Tuhan namun sekuler). Negara Ke-Khilafah-an Islam, dulu pun,  telah menjadi negara adidaya. Dia pun tak lupa melebarluaskan wilayahnya, tapi bukan dengan penjajahan tak manusiawi, melainkan dengan jihad dan dakwah. Dia menaklukkan negara lain bukan untuk mengekploitasi kekayaan negaranya, tapi untuk mensejahterakan rakyatnya dan tentu mengajak mereka hanya menghamba kepada Allah Swt, Tuhan yang seharusnya disembah. Dia pun bangkit selama ratusan tahun –bukan puluhan tahun-, menurut sejarah lebih dari 350 tahun, dengan mengemban ideologi Islam (representasi kaum ber-Tuhan di segala aspek kehidupan).

Negara kita, Indonesia, dengan mengemban ideologi Pancasila, kapan bangkitnya? Jawabnya tentu belum (jawaban ini lebih optimis daripada bilang tidak tahu). Apa hubungan paragraf pertama dengan pertanyaan kapan bangkitnya? Jawabannya adalah bila negara ini ingin tidak sekedar bangkit, tapi juga menjadi negara adidaya maka ideologi Pancasila harus ikut pada salah satu ideologi yang telah ada sebelum Pancasila itu sendiri ada. Mau ikut dibelakang ideologi Sosialis-Komunis atau Kapitalis-Liberalis atau Islam rahmatan lil ‘alamin. Dulu, Presiden Soekarno, telah berhasil menunjukkan existensi negara ini di kancah dunia. Negara ini pernah disegani dikawasan Asia. Namun tentu kita ingat, itu semua karena Presiden Soekarno telah memilih berada dibelakang ideologi Sosialis-Komunis, dengan konsep NASAKOMnya. Itulah Orde Lama. Bagaimana dengan Orde Baru? Presiden Soeharto pun tak kalah cerdas. Beliau lebih memilih berada dibalik Amerika, karena mem`ng saat itu lebih kuat daripada Uni Soviet. Tak ayal ideologinya, konsep-konsep ekonomi-politik-hankam, dan sebagian alat-alat kelengkapan pemerintahan dan juga pejabat-pejabatnya berkiblat ke Amerika Serikat. Berada dibelakang negara adidaya tersebut, membuat Beliau mampu bertahan di istana negara selama 32 tahun lamanya. Gaya Presiden Soeharto ditiru oleh penerusnya, Presiden SBY. Bahkan tak kalah fanatiknya, Presiden SBY berucap,”America is my second country.” Bagi Presiden SBY, Amerika adalah negara keduanya. Karena itu, jangan heran bila Presiden tak berdaya dengan Lady Gaga, yang akan menjadikan generasi muda negeri ini menjadi little monster- little monster. Tidak ada sikap tegas pemerintah menolak atau bahkan mengusir monster-monster itu dari bumi pertiwi ini. Presiden saja tidak sanggup apalagi menteri-menterinya.
Presiden lupa bahwa Hari Kebangkitan yang kita diperingati, karena dulu para pendahulunya berjuang mengusir dan menolak segala bentuk penjajahan, baik fisik maupun non-fisik. Presiden dan menteri-menterinya lupa bahwa sejarah telah menunjukkan dengan jelas bahwa kebangkitan nasional sejatinya lahir karena organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) bukan karena adanya Boedi Oetomo (BO). Telah jelas bahwa SDI lahir 16 Oktober 1905, sedangkan BO 28 Mei 1908. SDI berawal dari dominasi pedagang-pedagang nonpribumi yang menguasai perdagangan pribumi sehingga organisasi ini ingin menghalau perdagangan yang tidak sehat itu. Pedagang pribumi menjadi korban penguasaan para pedagang nonpribumi. Mereka terus bercokol dalam perdagangan dan bersaing dengan para pedagang pribumi.
Sifat menasional Sarekat Islam juga tampak dari penyebarannya yang menyentuh hingga kepelosok-pelosok desa. Tahun 1916, tercatat 181 cabang SI di seluruh Indonesia dengan tak kurang dari 700.000 orang tercatat sebagai anggotanya. Tahun 1919 melonjak drastis hingga mencapai 2 juta orang. Sebuah angka yang fantastis kala itu. Sebaliknya, Boedi Oetomo pada masa keemasannya saja hanya beranggotan tak lebih dari 10.000 orang. Pelaku dan penulis sejarah, KH Firdaus AN mengungkapkan “…Boedi Oetomo adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, dimana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya.”
Sifat pelupa kemudian ditiru Prof. M. Nuh, Menteri Pendidikan Nasional, beliau juga bilang bahwa Kebangkitan Nasional lahir karena adanya Boedi Oetomo pada 1908 silam. Bila dengan sejarahnya sendiri saja lupa, bagaimana mau bangkit? Bila ideologi Pancasila, seperti ideologi judul film Kanan Kiri OK, bagaimana mau bangkit? Oleh karenanya tidak heran jika selama ini kita hanya merayakan peringatan semu HARKITNAS selama 104 tahun lamanya. Kok bisa ya? J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Recent Comments

Introduction

Recent Posts

Pages