Senin, 14 Mei 2012


BENCANA MEMBAWA BERKAH*

***iklan cerita***
BENCANA MEMBAWA BERKAH; judul saya dari edisi on air “life inspiration” yang ke 61. Tepatnya ketika saya sampaikan pada hari Selasa, 14 Juni 2011. Seperti biasanya, saya inspirasikannya setiap jam 5-6 di radio Ramapati 93,0 fm Pemkot Pasuruan. Semoga tulisan ini gak ‘basi’ untuk di baca. Yang penting, saya tetap berusaha sekuat tenaga me’nyata’kan kembali ucapan-ucapan saya yang telah ‘diterbangkan’ angin kesana kemari. Semoga…mohon doanya ya dear..!!!


***kembali ke tema***
Ngomongin soal bencana jadi merinding ya dengerinnya. Yakin dech…karena contentnya pasti cerita yang susah-susah, sedih, merana, tangis menangis, kehilangan, hopeless, mellow (termasuk gak ya..?) ahh…pokoknya bikin ‘hancur’ para korbannya dan empati sepenuh hati bagi yang melihatnya. Lha..apalagi, akhir-akhir ini, yang namanya bencana atau musibah kerap sekali menimpa kita atau atau siapa saja. Seakan-akan bencana adalah teman akrab, karena sewaktu-waktu dia datang dan pergi ‘semaunya’ sendiri.
Tentunya, setelah dia datang, ada kesan dan pesan khusus serta pasti banyak banget yang akan dia ‘tinggalkan’. Mulai dari hilangnya hak milik pribadi hingga hilangnya ‘harga diri’. (kayak apa ya contoh kehilangan ‘harga diri’??). Mungkin…kayak yang rela mengganti imannya dengan sebungkus mie rebus kali ya…hehehe.
Berbagai macam ‘tafsir’ atau analisa kemudian bertubi-tubi turut ‘mewarnai’ keadaan setelah terjadinya suatu bencana. Ada yang memberi ‘warna cerah’, namun ada yang sebaliknya, ‘warna suram’. Ada ‘tafsir’ yang logis atau ilmiah ada ‘tafsir’ yang berbau mistik atau magis (sekalian tragis ya…). Para ahli ‘tafsir’nya pun beragam orangnya, mulai dari orang yang memang punya keahlian khusus bidang bencana alam (seperti: professor, akademisi, praktisi, dan lain-lain), rohaniawan (ustadz, kyai, pendeta, biksu, dan lain-lain), politisi (yang warna merah, kuning, hijau, biru, dan lain-lain) hingga orang awam (yang ngeh..maupun yang belum ngehh..).
Seakan-akan dan serasa benar-benar berlomba-lomba untuk bersimpati, berempati, menggali dan mengambil hikmah serta pelajaran atas bencana yang melanda. Kok seakan-akan sih..?? (boleh kan penulis bilang gitu…karena memang gak sedikit lho yang lagaknya membantu, padahal enggak. Dengan kasat mata justru terlihat ‘menari-nari’ di atas penderitaan saudara-saudaranya yang terkena musibah saat itu.
Butuh clue-nya ya???…tuh saudara-saudara kita yang terkena lumpur Lapindo sampe sekarang gak tuntas tas tas, padahal sang pemilik Lapindo beberapa bulan yang lalu mampu menyelenggarakan pesta pernikahan anaknya dengan uang miliaran rupiah. Ehh..untuk menuntaskan ganti rugi malah gak ‘kelakon-kelakon’. Memangnya korban yang belum tuntas pembayaran ganti ruginya itu bukan manusia ya?? Ahh..dasarL). Meski begitu masih ada kok..yang benar-benar tulus membantu. 
Flash back yukkk…bentar aja..
Allah Swt dengan sangat indahnya menggambarkan berbagai macam bencana yang terjadi pada manusia-manusia terdahulu. Kisah itu baik tercantum dalam Al Qur’an maupun Kitab-kitab samawi yang lain. Bukan tanpa alasan pastinya, Allah Swt mentakdirkannya. Peristiwa demi peristiwa dahsyat yang digambarkan tekstual dalam Al Qur’an beberapa abad tahun yang lalu, akhirnya menemukan kebenaran kontekstualnya.
Ya..ternyata Al Qur’an secara tidak langsung ‘menyuruh’ bahkan ‘menantang’ para arkeolog-arkeolog di dunia ini untuk membuktikannya. Dan satu persatu, sisa-sisa peninggalan bencana-bencana dahsyat itu telah ditemukan melalui berbagai macam penelitian.
Mau bukti??
Pertama;  terjadinya badai angin pasir maha dahsyat yang dikirimkan oleh Allah Swt kepada kaumnya Nabi Hud, yaitu kaum ‘Ad. Kaum yang tidak mau mengesakan Allah Swt, meski Nabi Hud telah berusaha mengingatkan.
Akhirnya, badai tersebut dengan leluasanya berlangsung selama tujuh malam delapan hari menghancurkan kaum ini. Walhasil kaum inipun tertimbun pasir berton-ton dengan ketebalan beberapa meter. Salah satu majalah di negara Perancis menurunkan hasil penemuan penelitian arkeologis bahwa “kaum ‘Ad dikubur di bawah pasir setebal 12 meter yang diakibatkan oleh badai.”
Badai ini kemudian dengan amat indah, Allah mengabadikannya dalam Al Qur’an, dengan kata “ahqaf” yang artinya bukit-bukit pasir.
Kedua; bencana yang menimpa umatnya Nabi Shalih, yaitu kaum Tsamud. Menurut Al Qur’an, bencana itu berupa suara gemuruh yang amat sangat keras. Motif ditimpakan bencana inipun sama dengan yang dialami oleh kaum ‘Ad, yakni mereka mendustakan ajaran yang dibawa oleh Nabi Shalih.
Jika melihat foto-foto hasil penemuan arkeolog tantang kaum Tsamud ini, subhanallah, ternyata tengkorak tubuh mereka menunjukkan bahwa Allah menciptakan mereka dengan postur tubuh raksasa. Kira-kira seukuran seratus kali ukuran manusia biasa seperti kita saat ini. Namun merekapun tak berdaya dengan bencana.
Ketiga dan seterusnya, bisa anda baca dan simak dalam Al Qur’an atau beli saja visualisasinya di VCD Bangsa-bangsa Yang Musnah, karya Harun Yahya.
Penulis membaca sebuah artikel yang menjelaskan bahwa ternyata kaum-kaum yang mendapat ‘kehormatan’ dihancurkan oleh Allah Swt dan kemudian ‘terukir’ namanya di dalam Al Qur’an, ternyata bukanlah kaum sembarangan. Bukan kaum biasa, bukan kaum rata-rata, tetapi mereka adalah kaum-kaum yang luar biasa, di atas rata-rata (pinjem istilah fansdh). Peradaban mereka sangat maju, ilmu pengetahuan mereka sangat pesat, militer mereka kuat, ketrampilan hidup mereka gak diragukan lagi, perekonomian mantap, dan berbagai keunggulan-keunggulan lainnya.
Namun..di saat keunggulan dan keistimewaan yang luar biasa telah mereka miliki inilah, Allah kemudian menguji mereka dengan keimanan. Di saat masa-masa kejayaan dan keemasan inilah, Allah ingin tahu seberapa percaya kah mereka terhadap ke-Esa-an Allah Swt yang dibawa oleh Rasul-Nya.
Dan ternyata, kita semua tahu perbuatan, perkataan dan perlakuan mereka atas ujian itu. Merek mendustakan-Nya. Ya..subhanallah, inilah cara Allah Swt memberikan pelajaran kepada kita semua tentang bencana yang menimpa umat-umat sebelum kita.
Jangan-jangan nih…negeri yang kita tinggali ini serupa dengan negeri-negeri umat-umat yang telah dibinasakan. Jangan-jangan nih…manusia-manusia yang berjalan-berlari-menginjak-injak bumi ini tidak lulus melewati ujian yang Allah berikan. Ahh…sepertinya kita memang belum lulus. Belum lho ya…
Akan tetapi.. Allah Swt masih sangat sayang kepada kita…meski bencana demi bencana sering mendera penduduk negeri ini. Mulai dari tsunami Aceh, Gempa Jogja, Banjir Wasior, Tsunami Mentawi, Banjir Jakarta, Siitugintung ambrol, dan banyak lagi yang lainnya. Seperti mata rantai yang gak terputus-putus dari Sabang sampai Merauke. Ternyata negeri ini belum juga binasa sa sa sa..seperti negeri kaum ‘Ad, kaum Tsamud, Kaum Saba’, dan sebagainya.
Cukup…cukuplah bencana yang datang itu menjadi peringatan yang nyata. Cukuplah bagi kita yang belum diuji maupun yang telah diuji dengan bencana, menjadi berkah tersendiri sebagai jalan untuk kembali.
Ya..kembali berpaling (baca: bertaubat) kepada-Nya, kembali kepada aturan-aturan-Nya, kembali bersyukur dan berserah diri hanya pada-Nya. Semoga…dan inilah maksud penulis bahwa bencana itu membawa berkah.
*Pasuruan, 30 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Recent Comments

Introduction

Recent Posts

Pages