Mungkin,
aku adalah salah satu manusia yang paling benci dengan ke’nikmat’an.
Ke’nikmat’an yang telah kurasakan dari dulu hingga ini. Sekarang, aku sudah
sangat ingin lari sekencang-kencangnya. Meninggalkan semua ‘nikmat’ yang sudah
terlanjur melekat erat. Aku sudah benar-benar bosan. Bosan dengan ke’nyaman’an
yang telah kurasakan. Semuanya seakan meresap semakin dalam dan mengalir tanpa
henti. Aku sudah tak kuat lagi menahannya. Aku memang orang yang lemah iman,
selemah benang basah. Imanku sudah setipis bulu anak ayam.
Adakah
dari anda sekalian berbaik hati mau menggantikanku? Adakah dari teman-teman
seperjuangan yang ingin merasakan ke’nikmat’an yang sekian lama kualami ini?
Adakah dari kaum se-profesi yang mau tukar tempat denganku? Ya Allah...segera
keluarkan aku dari ke’nikmat’an ini. Ke’nikmat’an yang telah Kau berikan setiap
hari yang tanpa balas dan tanpa batas. Gerakkan hati hamba-hamba-Mu yang saat
ini membaca curhat ku ini, untuk menolongku. Menolong melepaskan segala
ke’nikmat’an yang membuatku senantiasa berbuat zalim. Yah..semakin lama semakin
banyak ke-zaliman yang kulakukan dengan sengaja. Semakin hari semakin tinggi
tumpukan kesalahan-kesalahan ini. Benar apa yang Engkau tuliskan dalam Kitab-Mu
yang suci, bahwa sesungguhnya manusia itu
amatlah bodoh dan amat zalim (QS. Al
Ahzab: 71). Aku tak mau mengalami dan berperan dalam sinetron kehidupan
dengan judul, “Nikmat Membawa Sengsara.”
Ke’nikmat’an yang Kubenci
Ya
Allah..bukannya aku ingin menjadi hamba-Mu yang kufur nikmat. Meski aku ini
manusia yang amat bodoh dan amat zalim, aku masih merindukan
kenikmatan-kenikmatan-MU yang lain. Bukan pula aku berharap-harap azab-Mu yang
pedih. Bukan, sekali lagi bukan. Jelas, aku takkan mampu menahan azab-Mu meski
hanya menginjak kerikil panas di kakiku.
Ya
Allah..Ke’nikmat’an yang sangat kubenci, pertama,
karena saat ini aku kerja tanpa aturan. Memang telah ada aturan yang ‘super’
lengkap, bahkan harus dengan Peraturan Pemerintah untuk menguatkannya. Tapi harus
kuakui, aku lah pegawai yang irregular (tak
punya aturan). Aturan bagiku cukup dibacakan dan disosialisasikan di awal tahun
pelajaran. Setelah itu, mau diterapkan atau tidak, ya terserah keimanan
masing-masing. Begitulah ‘lagu’ lama, kata seorang kawan.
Ya
Allah..Ke’nyaman’an yang membuatku benar-benar bosan, kedua, karena sekarang aku kerja tanpa reward dan punishment. Kadang aku berprestasi/kreatif, tapi tak ada
reward. Meski kutahu, reward-Mu harus tetap nomor satu. Tapi
aku kan juga berharap reward-reward setelah reward-Mu. Yah..karena aku sendiri masih manusia, bukan hewan
apalagi malaikat. Di balik sisi baikku, pasti ada sisi jelekku. Sering aku
melanggar aturan lembaga, kerja bermalas-malasan, datang telat-telat pulang
cepat-cepat, tak kreatif tapi aktif provokatif, dan masih banyak yang lainnya.
Lebih bejibun dari pada prestasinya.
Tapi tak ada punishment yang
menyentuh baju dan sepatuku sedikitpun. Puluhan, bahkan ratusan ‘kemaksiatan’
kerja yang telah kulakukan, tak satupun hukuman kuterima. Enak ya???
Ya
Allah..Ke’enak’an yang membuatku ingin segera pergi, ketiga, karena hingga detik ini, aku kerja bisa se’enak’ udelku. Mau kerja tanpa perangkat kerja,
bisa kok. Mau memberi nilai tanpa ujian, bisa kok. Mau keluar masuk dari tempat
kerja, kapanpun-kemanapun-untuk apapun, bisa kok. Mau pake seragam kerja atau
seragam batik atau seragam kasual, mulai ujung rambut hingga ujung kaki, bisa
kok.
Mungkin
bagi anda sekalian, aku orang yang aneh. Dapat ke’nikmat’an kok malah benci.
Diberi ke’nyaman’an kok malah mau pergi. Yah..begitulah diriku. Aku tak mau
terus menerus jadi manusia zalim. Aku sudah bosan jadi pegawai tanpa aturan. Aku
benci jadi pegawai tanpa prestasi. Paling tidak aku termotivasi, dari apa yang
telah ku on air-kan sendiri tadi pagi
di Radio Ramapati. Bahkan judul yang kusampaikan tadi adalah “Nikmatnya Zalim”.
Shahabat,
kawan, teman, saudaraku semua..bantulah aku. Do’akan aku. Aku benar-benar ini
pergi. Andai anda yang baca tulisan ini, punya tempat yang lebih menawarkan
‘kesengsaraan’ kerja daripada ke’nikmat’an ini, tukar ya. Segera ya..karena aku
benar-benar tidak ingin menjadi manusia ter-zalim di dunia. /pasuruan, 9 juni 2012/